Pujian itu bagaikan sampah yang tiada manfaatnya. Hanya
saja, ia berada dalam bingkisan yang begitu menawan. Ia akan berusaha melebahui
siapa saja yang menerimanya dan siap membabat amal-amal kebajikan yang
dilakukan.
Ternyata pembuat bingkisan indah itu adalah makhluk yang
tercipta dari api dan merupakan musuh yang nyata bagi manusia. Tipu muslihatnya
sungguh hebat, tapi kehebatannya tak ada apa-apa jika berhadapan dengan para
mukhlisin yang senantiasa ikhlas dalam
beramal. Hanya pencinta dunialah yang akan menikmati sampah-sampah tersebut dan
membuatnya terasa indah meski sebenarnya sama sekali tak indah.
Pujian datang sering datang kepada orang yang melakukan
kebaikan. Pujian bagaikan karbon monoksida yang tak terasa masuk dalam tubuh,
beberapa saat kemudian ia akan membunuh siapa saja yang ia masuki. Keindahan
palsu dari pujian masuk dalam diri seseorang terkadang tanpa ia sadari, dan
setelah ia menempati tempat yang nyaman dalam hati, maka ia akan membuat indah
pujian selanjutnya, bahkan ia akan berusaha mencari pujian-pujian dari manusia
yang lebih banyak karena menurutnya itu adalah sarana untuk mencapai kebaiakan.
Padahal itu semua akan membuat sia-sia amal kebajikan yang
ia lakukan, karena ia tidak ikhlas karena Allah dan memilih mencari pujian
sebagai langkah kehidupannya. Kebajikan yang seharusnya ia gunakan sebagai
sarana untuk mencapai kebahagiaan hakiki harus bertebaran hanya karena sampah
yang tak berarti.
----۞--------۞--------۞--------۞--------۞--------۞----
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa mencari popularitas
dengan amal perbuatannya, maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa
yang riya’ dengan amalnya, maka Allah akan menampakkan riyanya. (Shahih Muslim
No.5302)
Dari Mahmud Ibnu Labid Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya
hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya’." (Riwayat
Ahmad dengan sanad hasan)
Wallahua'lam bishshowab...
0 komentar:
Posting Komentar